September 20, 2014

Seorang teman.

Malam ini saya akan bercerita tentang seorang teman.

Teman yang belum lama ini belum kukenal walau keberadaannya sudah lama.
Jangan buat sebutan untuk dirinya, mungkin lebih baik saya menyebut namanya daripada harus memberinya inisial seperti pemeran dalam koran. Sepertinya, dia tak akan suka itu.


Dia adalah sosok yang menyenangkan bagi saya, yang saya tau darinya saat itu adalah bahwa dia suka tertawa, dia suka tersenyum, dan apapun yang ada pada dirinya sepertinya hanya hal-hal yang menyenangkan. Seberapa sakit dan marahnya dia, yang saya tahu dia akan tetap bisa tertawa. begitulah dia, yang saya tau. Dulu.

Tapi sekarang saya tahu, ada sesuatu di dalam dirinya yang tak ingin dia tunjukkan pada semua orang. Disamping dia terlihat bahwa seluruh dunia adalah temannya, tapi di dalam dirinya dia mempertanyakan "siapa sebenarnya temanku?"
Dimana dia terlihat bisa bercanda dan membuat semua orang tertawa setelah bersedih, kadang dia bertanya "siapa yang bisa membuatku benar-benar tertawa?"
Selama ini yang kulihat dia suka tertawa, tapi ternyata tawanya yang terlalu sering itu, mungkin, membuatku kadang bertanya, dari semua tawa itu yang mana yang benar-benar cara tertawanya.
Di saat yang kurasa dia akan marah dan menangis yang kulihat adalah dia yang bertahan dengan harga dirinya dan tersenyum, serta berkata, "ada apa? aku baik-baik saja"
Apakah dia sudah puas dengan hidupnya? Beberapa orang yang melihatnya mungkin kadang berfikir dia adalah manusia beruntung dimana hidupnya penuh dengan kebahagiaan hingga tak ada celah baginya untuk menangis. Kini yang kupikir adalah, mungkin dia memiliki banyak celah untuk menangis hingga ia lebih baik tidak menangis.
Menangislah di sela tawamu, kawan. Mungkin, dengan begitu yang lain akan mengerti, walau hanya sedikit. Mungkin, nantinya kau akan sadar, tidak hanya kau yang sakit.

"Semua manusia di sekitarmu hanya berfikir bahwa dirinya sehat, maka dia sehat." Bukankah seorang yang kita anggap guru karena pengalamannya pernah berkata begitu pada kita? Aku menghormatinya, aku menyanjungi kalimat itu.

No comments:

Post a Comment