January 29, 2013

Aku menatap lekat wajah yang ada di hadapanku, dekat dan sangat dekat. Wajahnya tak asing di mataku, segala yang ada di depanku itu sungguh tidak asing. Aku tetap menatapnya dalam diam, dan dia juga menatapku dalam diamnya. Perlahan, aku bersuara setengah berbisik padanya, berharap ini hanya pembicaraan empat mata.
"kamu siapa? kamu mau apa? dia, mereka siapa? yang kau sebut 'kalian' siapa? yang kau pikirkan apa? katakan maumu apa?"
Dia tetap diam memandangku, perlahan bahunya bergetar, matanya mengeluarkan setetes air mata.
"tolong katakan padaku? orang baik kah dirimu? orang jahatkah dirimu?"
Dia masih memandangiku dalam diamnya, aku tau aku seolah tak memberi kesempatan baginya untuk mengeluarkan sepatah kata saja. Batinku berontak, aku terlalu ingin tau tentangnya, tapi sekeras mungkin aku berfikir saat itu juga aku kehilangan pertanyaanku.
"bagaimana bisa kau menjadi baik dan sesaat kemudian menjadi jahat? katakan padaku bagaimana bisa?"
"bagaimana bisa kau membohongi dirimu sendiri seperti itu, bagaimana bisa? bagaimana bisa?"
"jujurlah, apapun yang kau lakukan jujur saja. kumohon. kumohon"
Seketika air mataku terjatuh, deras dan semakin deras, dia juga menangis di hadapanku, matanya sembab, hidungnya memerah, dia terus menangis dan menangis.
"bantu aku untuk jujur" , sahutnya lirih. Aku terhenyak. kaget. Tangisku terhenti, kupandang wajah itu sekali lagi sebelum aku beralih pandangan darinya.
"iya aku akan berusaha membantumu, sungguh."
Lalu aku berpaling, berdiri, beranjak dari tempat itu. Dia tak lagi terlihat.
Iya. Aku bercermin.

1 comment: